Kucing biasanya kalau lapar, akan langsung
kedapur mengendus seperti sebuah radar menentukan lokasi makanan dan siap mendapatkan
makanan. Tapi ini sepertinya hanya untuk kucing garong. Beberbeda dengan kucing
yang satu ini, saat lapar ia akan datang mendekat, mengeong satu dua kali
sambil menatap. Ia tentu mengiba dan berharap uacapannya dipahami sebagai
keinginan bahwa ia lapar. Ia menginginkan diberi makan. Itulah kucing yang
sekarang ini bersamaku. Bila saya tidak beranjak, ia akan tetap ditempatnya
diam. Barulah saaat beranjak, ia akan segera juga melompat dan mengarahkan
jalan menuju kedapur. Saya menyebut ini etika kucing.
Semua memang ada etikanya, manusia
dengan hewan, terlebih lagi manusia dengan manusia. Kedekatan dan rasa memiliki
kadang membuat kita lepas control dan merasa etika bukan lagi sesuatu yang
penting. Rasa memiliki dan kuasa menjadikan kita kadang sering sewenang-wenang.
Itu karena kita merasa sayalah yang berkuasa dan yang lain sudah sepantasnya
mendapatkan apapun perlakuan dari mereka yang merasa punya kuasa. Kita merasa
karena sayalah yang lainnya itu bisa survive. Bahwa mereka masih bertahan kerja
karena saya, bahwa saya yang bercapek-capek bekerja untuk mereka, saya untuk
mereka.. Hmm ., ego.
Lalu apa obatnya agar terhindar dari
ego ini.. ? Saya pikir apapun alasannya, baik bukan dimaksudkan untuk menyakiti
seperti dengan alasan melampiaskan amarah, kekecewaan terhadap obyek lainnya,
kita sudah seharusnya terus belajar membelenggu ego. Itulah yang dalam falsafah
wolio buton pobinci-binciki kuli. Lakukan dahulu terhadap diri sendiri, bila
sakit, maka sakit pula yang dirasakan oleh orang lain atas akibat perlakukan
yang kita kerjakan.
jangan ingat apa yang kamu berikan. Bukankah
ada nasihat dalam agama bila member dengan tangan kanan, maka jangan sampai
tangan kiri tau. semoga
No comments:
Post a Comment
Please leave acomment.
I`ll Reply it soon