Apa
yang menjadi concern seorang entrepreneur? Tentu semua usaha dibangun untuk
dapat untung. Pada masa awal usaha, tiga hal pokok tujuan atau concern
entrepreneur yakni :
2. Profitabilitas :
bila hanya bertahan hidup artinya usaha hanya dapat titik impas, tidak untung,
tidak juga rugi. Jadi fokus selanjutnya adalah dapat untung
3. Pertumbuhan :
untung saja tidak cukup, harus ditusahakan agar perusahaan tumbuh dan besar,
artinya profitabilitas harus ditingkatkan
Area kerja apa yang akan mendukung hal tersebut? Apakah dari segi inovasi produk, kinerja keuangan, layanan customer, efisiensi internal?
Suatu system usaha yang berhasil harus mengintegrasikan semua pendekatan ini dalam cara yang seimbang. Kesemua pendekatan ini saling berkontribusi terhadap kesuksesan usaha. Sebuah perusahaan membutuhkan suatu tools untuk mengukur semua aspek kinerja tersebut – Balanced Score Card (BSC). BSC didefinisikan sebagai “ a systematic management process that generates objective, Activities, and measurement for organizational performance”. BSC menyediakan alat untuk meninjau secara komprehensif suatu bisnis dan menjawab pertanyaan :
1. Tujuan
: apa yang ingin dicapai suatu usaha
2. Aktivitas
: melalui aktivitas apa suatu tujuan bisa dicapai
3. Pengukuran
: apakah setelah suatu aktivitas dilakukan, tujua tercapai atau tidak
Ada
empat dimensi dasar BSC
1. Financial
2. Customer
3. Internal
operating
4. Inovasi
dan pembelajaran
System
ini mengoreksi pendekatan tradisional yang memisahkan masing-masing aspek dalam
suatu manajemen usaha. Sistem ini disebut “ balanced” karena menyeimbangkan :
-
Jangka
pendek Vs. Jangka Panjang : biasanya perhatian atas kinerja
terbatas untuk jangka penjeng. Bahkan kadang hanya dalam satu bulan. Ini karena
penagwasan kinerja yang paling menonjol adalah bulanan, saat rapat bulanan
dibahas. Perusahaan didirikan dengan harapan untuk berdiri selamanya, maka
fokusnya juga harus tetap memperhatikan sasaran jangka panjang, misalnya tiga
sampai empat tahun
-
Lagging indicator Vs Leading Indicator
: penggunaan criteria kinerja didasarkan pada data-masa lalu, misalnya laporan
penjualan, laporan keuangan, produktivitas
bulanan. Rapat evaluasi umumnya hanya menyoroti apa kinerja pada periode
satu bulan sebelumnya dan lalu membahas apa yang akan dilakukan agar satu bulan
kedepan lagi bisa lebih baik. pengukuran ini menggunakan tipe lagging indicator (mengukur pencapai yang telah lewat) . seharusnya juga
adalah menggunakan Leading indicator,
misalnya investasi modal, training,
research. Indicator ini yang akan bisa menjawab apa yang bisa disiapkan
perusahaannya untuk jangka panjang
-
Ekspektasi
Kinerja Eksternal Vs Internal : umumnya perusahaan
mengedepankan pertanyaan bagimana hubungan dengan vendor atau costumer. Usaha
khawatir bahwa bila hubungan dengan eksternal kurang baik, misalnya dengan
vendor maka dukungan supply tidak akan maksimal. Yang biasa dilupakan adalah
bagimana hubungan secara internal, yakni kepada karyawan.. apakah karyawan
mendapatkan kahlian yang cukup, juga pada proses internal yakni bagaimana
efisiensi proses.
-
Financial
Vs Non-Financial
: umumnya usaha memperhitungkan hanya aspek financial , yang diukur secara
langsung dengan mata uang, dan yang hasilnya bisa segera langsung didapatkan.
Ukuran financial seperti ini masuk dalam kategori lagging indicator.
Uraian
diatas adalah dimensi umum suatu proses yang seharusnya diperhatikan usaha.
Lalu bagaimana agar setiap dimensi tersebut dapat sukses – apa factor sukses
dalam masing-masing elemen?
Referensi
:
No comments:
Post a Comment
Please leave acomment.
I`ll Reply it soon