Kawan
yang satu ini masih terus dengan senang
memberiku bahan cerita. “Aneh responnya.,
marah-marah dan mengucapkan kata kata yang illogical”. Begitu katanya
memulai ceritanya..
Membantu
dan dibantu adalah hal lumrah dalam kehidupan kerja - kehidupan orang kantoran. Bahkan menurutku proses dalam suatu
organisasi adalah mata rantai membantu
dan dibantu. Kemunculan job description menurutku menegaskan agar proses
bantu dan dibantu bukan atas dasar sukarela melainkan menjadi sebagai
sebuah kewajiban.
Sebagai contoh suatu transaksi pengajuan biaya operasional –
dalam konteks ini seseorang yang akan membutuhkan biaya operasional akan
mengisi formulir pengajuan biaya. Pada dasarnya yang bersangkutan sedang
menegaskan secara tertulis untuk dibantu.
Bagian selanjutnya setelah menerima formulir, akan memproses pencairan . Dalam
cara itu dapat dikatakan sipemroses sedang
membantu.
Bayangkan
bila tidak ada job description, suatu proses aktivitas akan mandek menunggu
seseorang muncul menyelesaikan dengan sukarela suatu rantai kegiatan. Dalam
ilustrasi kasus diatas, bila sipemroses tidak pernah diberitahu bahwa
menindaklanjuti formulir yang masuk ke meja kerjamya adalah job deskripsinya,
maka bisa saja atas alasan pribadi menunda penyelesaiannya. Hal itu wajar
karena dengan tanpa job deskripsi, yang bersangkutan akan merasa hal tersebut
bukan kewajibannya, tidak ada alasan pihak lain memaksanya untuk cepat
mengerjakannya. Hanya rasa sukarela yang akan menggerakannya.
Sukarela, saya pikir dapat
didefinisikan sebagai melakukan sesuatu dengan rasa senang dan tanpa motif berharap imbalan jasa.
Rasa senang itu muncul karena adanya rasa suka, dan tanpa didorong oleh motif
imbalan muncul karena hal itu dilakukan dengan rela. Bila sesuatu kerjaan
dipandang sebagai kewajiban, maka berarti pekerjaan tidak disukai dan tidak
rela dilakukan . Alasan mengerjakan suatu pekerjaan adalah karena itu sebuah
kewajiban , tanggung jawab kerja. Suatu
pekerjaan mau tidak mau tetap harus ditangani karena dengan hanya begitu ia
akan digaji normal.
Adakah
sosok-sosok sukarelawan tersebut dalam organisasi? Bisa saja ada, sedikit, dan
pada momenya akan menghilang. Organisasi
tanpa kejelasan job description membuka celah munculnya kekacauan. Setiap orang
tentu punya batasan pribadi. Ada saat dimana ia akan menerima sebuah permintaan
penyelesaian tugas dari rekan kerjanya sekalipun dipahaminya bahwa itu akan
menginterupsi tugas pokoknya. Kesadaran keseimbangan tugas pokok dan tugas
pihak lain yang ingin dibantu akan membuatnya membatasi diri. Pada kesempatan
berikutnya, sikap menolong itu akan hilang didorong oleh kekhawatiran bahwa
proritasnya terganggu dan melihat bahwa yang lain hanya menarik manfaat
darinya.
Tanpa
job description yang jelas, muncul kecenderungan tindakan eksploitasi. Berbeda dengan pendekatan empowerment
(pemberdayaan), eksploitasi adalah meminta seseorang melakukan pekerjaan
padahal yang bersangkutan punya cukup waktu dan mampu untuk mengerjakan
sendiri. Tidak ada cukup alasan untuk melimpahkan pekerjaan. Sebaliknya empowerment
berarti mendelegasikan suatu pekerjaan ke yang lainnya dimaksudkan agar
seseorang bisa menambah pengetahuan atas suatu proses yang baru.
Empoyerment
dapat dijadikan alat penilaian atas kemampuan seseorang. Empoyerment dalam
manajemen sumberdaya manusia salah satunya dipakai sebagai sarana awal proses
promosi. Kemampuan seseorang menangani sebuah pekerjaan baru pada posisi
barunya harus dapat diukur terlebih dahulu sebelum pekerjaan tersebut
benar-benar menjadi kewajiban utamanya.
Kata kunci : manajemen sumberdaya
manusia, sukarela, kewajiban, empowerment, eksploitasi, komitmen
No comments:
Post a Comment
Please leave acomment.
I`ll Reply it soon