Monday, December 14, 2015

Kapan ya Naik Kelas



Pernah saya mendengar suatu ungkapan ... “tidak usah banyak berPENDAPAT, tidak ngaruh, PENDAPATAN tetap-tetap saja”. Bila didalami lebih lanjut, Siempunya ungkapan menekankan pada kata berPENDAPAT dan PENDAPATAN. 
Kata-kata yang beda-beda tipis dan itulah yang membuat ungkapan ini menarik- pendapat Vs Pendapatan. Sejatinya hubungan keduanya bersifat positif- tidak berlawanan- dalam arti  pendapatan seseorang semestinya sejalan peningkatannya  terhadap kontribusi pendapat seseorang yang meningkatkan perbaikan kinerja organisasi. sumber gambar 1 :


Nilai ini tentu tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan respon atas pengalaman berulang. Pada momen pertama, dorongan menggebu untuk menyuarakan ide ; misalnya dalam suatu rapat, pembicaraan formal organisasi. Pada momen selanjutnya bisa saja level semangat berkontribusi ide inovatif tetap sama sampai akhirnya gairah itu tidak lagi terwujud. Parahnya, bukan hanya tidak menyuarakan pendapat, bahkan tidak lagi hadir dalam rapat.  Fenomena ini bisa saja makin menjadi genting bila kemudian ungkapannya menjadi …”biasa-biasa sajalah, walaupun maksimal, pendapatan tidak maksimal”.

Apanya yang keliru? Kenapa bisa terjadi? Pengalaman adalah guru berharga. Ini mungkin bisa menjadi penjelasan rasional perubahan yang terjadi pada seseorang. Dalam kasus ini, pengalaman telah memberi pembelajaran bahwa keikutsertaannya dalam suatu sesi sumbang saran tidak berpengearuh terhadap perbaikan untuk diri sendiri (dalam hal ini pendapat nya tidak memberi nilai tambah untuk perbaikan pendapatan). Ada harapan yang tidak terwujud. Mungkin lebih menyedihkan lagi, harapan itu tercederai oleh fakta bahwa idenya dilaksanakan yang berujung pada perbaikan kinerja organisasi, namun justru pihak lain menikmati reward dari organisasi- seperti kesempatan untuk seleksi promosi (kesempatan untuk naik kelas).

Keputusan untuk tidak lagi aktif dalam mengemukan ide juga dapat ditelusuri dengan merujuk pada  pernyataan James March (guru besar ilmu politik di Stanford University) yang dikutip oleh  Chip & Dan Heath dalam bukunya SWITCH mengatakan bahwa .. ketika seseorang menentukan pilihan (tindakan), mereka cenderung mengandalkan pada salah satu diantara dua model pengambilan keputusan yang mendasar :  model konsekuensi dan model identitas. Model konsekuensi mengandaikan bahwa ketika sebuah keputusan dibuat, kita menimbang-nimbang untung dan rugi keputusan yang dibuat, kemudian mengambil pilihan yang memaksimalkan kepuasan kita. Dalam Model keputusan berdasarkan identitas sebelum membuat keputusan, seseorang akan mengajukan tiga pertanyaan dasar : siapa saya? Situasi macam apakah ini? Apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang seperti saya dalam situasi ini?”

Pasifnya seorang anggota organisasi tidak seharusnya terjadi karena bisa berdampak kerugian pada organisasi. Sekarang ini banyak organisasi mengedepankan inovasi sebagai strategi bersaing perusahaan. Pertanyaanya adalah dari mana sumber inovasi? Sumberdaya manusia. Keragaman ide inovatif muncul dari berbagai level karyawan, dari yang paling senior sampain yang paling yunior, dari manajer hingga staff. Fenomena yang diceritakan diatas menutup aliran ide. Jadi ini tentu menjadi perangkap kegagalan organisasi. Aktivitas Fokus discusion Group, survey internal kepuasan karyawan tidak akan lagi dapat memancing ide inovatif kreatif dari semua pihak.sumber gambar 2 :



Lalu bagaimana ini dikelola? Fungsi manajemen menekankan pada peran individu pemimpin dan perangkat kelengkapan organisasi yakni Departemen sumberdaya manusia. Peran individu pemimpin strategis sebagaimana pendapat Kim & Mauborgne (1991) dalam jurnal The Essence of Strategic Leadership : Managing Human and Social Capital ( Michael A. Hitt & R. Duane Ireland.,2002) : yakni membangun hubungan yang efektif dengan cara  memastikan keadilan organisasi ditegakkan dalam pelaksanaan proses, reward dan hubungan yang terjalin . Dengan kata lain Saat seseorang tidak lagi meyakini bahwa fairness diterapkan dalam proses interaksi maka Seseorang akan enggan dan tidak lagi secara sukarela terlibat dalam kegiatan organisasi.

Selanjutnya bagaimana dengan peran Departemen Sumberdaya Manusia? Itu akan ditulis tersendiri bro. 
 Selamat membaca.. 
 please leave comment... thanks.. Magister Manajemen UNHAS

No comments:

Post a Comment

Please leave acomment.
I`ll Reply it soon

Please leave comment. I`ll Reply it soon

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner