Friday, January 8, 2016

KINERJA ENTREPRENEUR : BALANCED SCORE CARD


Apa yang menjadi concern seorang entrepreneur? Tentu semua usaha dibangun untuk dapat untung. Pada masa awal usaha, tiga hal pokok tujuan atau concern entrepreneur yakni :
1.      Bertahan hidup : usaha jangan sampai tutup tidak lama setelah dioperasikan
2.      Profitabilitas : bila hanya bertahan hidup artinya usaha hanya dapat titik impas, tidak untung, tidak juga rugi. Jadi fokus selanjutnya adalah dapat untung
3.      Pertumbuhan : untung saja tidak cukup, harus ditusahakan agar perusahaan tumbuh dan besar, artinya profitabilitas harus ditingkatkan

Area kerja apa yang akan mendukung hal tersebut? Apakah dari segi inovasi produk, kinerja keuangan, layanan customer, efisiensi internal?
Suatu system usaha yang berhasil harus mengintegrasikan semua pendekatan ini dalam cara yang seimbang. Kesemua pendekatan ini saling berkontribusi terhadap kesuksesan usaha. Sebuah perusahaan membutuhkan suatu tools untuk mengukur semua aspek kinerja tersebut – Balanced Score Card (BSC).  BSC didefinisikan sebagai “ a systematic management process that generates objective, Activities, and measurement for organizational performance”. BSC menyediakan alat untuk meninjau secara komprehensif suatu bisnis dan menjawab pertanyaan :
1.      Tujuan : apa yang ingin dicapai suatu usaha
2.      Aktivitas : melalui aktivitas apa suatu tujuan bisa dicapai
3.      Pengukuran : apakah setelah suatu aktivitas dilakukan, tujua tercapai atau tidak
Ada empat dimensi dasar BSC
1.      Financial
2.      Customer
3.      Internal operating
4.      Inovasi dan pembelajaran
System ini mengoreksi pendekatan tradisional yang memisahkan masing-masing aspek dalam suatu manajemen usaha. Sistem ini disebut “ balanced” karena menyeimbangkan :
-          Jangka pendek Vs. Jangka Panjang : biasanya perhatian atas kinerja terbatas untuk jangka penjeng. Bahkan kadang hanya dalam satu bulan. Ini karena penagwasan kinerja yang paling menonjol adalah bulanan, saat rapat bulanan dibahas. Perusahaan didirikan dengan harapan untuk berdiri selamanya, maka fokusnya juga harus tetap memperhatikan sasaran jangka panjang, misalnya tiga sampai empat tahun
-           Lagging indicator Vs Leading Indicator : penggunaan criteria kinerja didasarkan pada data-masa lalu, misalnya laporan penjualan, laporan keuangan, produktivitas  bulanan. Rapat evaluasi umumnya hanya menyoroti apa kinerja pada periode satu bulan sebelumnya dan lalu membahas apa yang akan dilakukan agar satu bulan kedepan lagi bisa lebih baik. pengukuran ini menggunakan tipe lagging indicator (mengukur pencapai yang telah lewat) . seharusnya juga adalah menggunakan Leading indicator, misalnya investasi  modal, training, research. Indicator ini yang akan bisa menjawab apa yang bisa disiapkan perusahaannya untuk jangka panjang
-          Ekspektasi Kinerja Eksternal Vs Internal : umumnya perusahaan mengedepankan pertanyaan bagimana hubungan dengan vendor atau costumer. Usaha khawatir bahwa bila hubungan dengan eksternal kurang baik, misalnya dengan vendor maka dukungan supply tidak akan maksimal. Yang biasa dilupakan adalah bagimana hubungan secara internal, yakni kepada karyawan.. apakah karyawan mendapatkan kahlian yang cukup, juga pada proses internal yakni bagaimana efisiensi proses.
-          Financial Vs Non-Financial : umumnya usaha memperhitungkan hanya aspek financial , yang diukur secara langsung dengan mata uang, dan yang hasilnya bisa segera langsung didapatkan. Ukuran financial seperti ini masuk dalam kategori lagging indicator.
Uraian diatas adalah dimensi umum suatu proses yang seharusnya diperhatikan usaha. Lalu bagaimana agar setiap dimensi tersebut dapat sukses – apa factor sukses dalam masing-masing elemen?
Referensi :

No comments:

Post a Comment

Please leave acomment.
I`ll Reply it soon

Please leave comment. I`ll Reply it soon

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner