|
Pernah
saya mendengar suatu ungkapan ... “tidak usah banyak berPENDAPAT, tidak ngaruh,
PENDAPATAN tetap-tetap saja”. Bila didalami lebih lanjut, Siempunya
ungkapan menekankan pada kata berPENDAPAT dan PENDAPATAN.
Kata-kata yang beda-beda tipis dan itulah yang membuat ungkapan ini menarik- pendapat Vs Pendapatan. Sejatinya hubungan keduanya bersifat positif- tidak berlawanan- dalam arti pendapatan seseorang semestinya sejalan peningkatannya terhadap kontribusi pendapat seseorang yang meningkatkan perbaikan kinerja organisasi. sumber gambar 1 :
Kata-kata yang beda-beda tipis dan itulah yang membuat ungkapan ini menarik- pendapat Vs Pendapatan. Sejatinya hubungan keduanya bersifat positif- tidak berlawanan- dalam arti pendapatan seseorang semestinya sejalan peningkatannya terhadap kontribusi pendapat seseorang yang meningkatkan perbaikan kinerja organisasi. sumber gambar 1 :
Nilai ini tentu tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan respon atas pengalaman berulang. Pada momen pertama, dorongan menggebu untuk menyuarakan ide ; misalnya dalam suatu rapat, pembicaraan formal organisasi. Pada momen selanjutnya bisa saja level semangat berkontribusi ide inovatif tetap sama sampai akhirnya gairah itu tidak lagi terwujud. Parahnya, bukan hanya tidak menyuarakan pendapat, bahkan tidak lagi hadir dalam rapat. Fenomena ini bisa saja makin menjadi genting bila kemudian ungkapannya menjadi …”biasa-biasa sajalah, walaupun maksimal, pendapatan tidak maksimal”.
Apanya
yang keliru? Kenapa bisa terjadi? Pengalaman adalah guru berharga. Ini mungkin
bisa menjadi penjelasan rasional perubahan yang terjadi pada seseorang. Dalam kasus
ini, pengalaman telah memberi pembelajaran bahwa keikutsertaannya dalam suatu
sesi sumbang saran tidak berpengearuh terhadap perbaikan untuk diri sendiri
(dalam hal ini pendapat nya tidak memberi nilai tambah untuk perbaikan
pendapatan). Ada harapan yang tidak terwujud. Mungkin lebih menyedihkan lagi,
harapan itu tercederai oleh fakta bahwa idenya dilaksanakan yang berujung pada
perbaikan kinerja organisasi, namun justru pihak lain menikmati reward dari
organisasi- seperti kesempatan untuk seleksi promosi (kesempatan untuk naik
kelas).
Keputusan
untuk tidak lagi aktif dalam mengemukan ide juga dapat ditelusuri dengan
merujuk pada pernyataan James March
(guru besar ilmu politik di Stanford University) yang dikutip oleh Chip & Dan Heath dalam bukunya SWITCH
mengatakan bahwa .. “ketika seseorang menentukan pilihan
(tindakan), mereka cenderung mengandalkan pada salah satu diantara dua model
pengambilan keputusan yang mendasar : model
konsekuensi dan model identitas. Model konsekuensi mengandaikan bahwa ketika
sebuah keputusan dibuat, kita menimbang-nimbang untung dan rugi keputusan yang
dibuat, kemudian mengambil pilihan yang memaksimalkan kepuasan kita. Dalam Model
keputusan berdasarkan identitas sebelum membuat keputusan, seseorang akan
mengajukan tiga pertanyaan dasar : siapa saya? Situasi macam apakah ini? Apa yang
akan dikerjakan oleh orang-orang seperti saya dalam situasi ini?”
Pasifnya seorang anggota organisasi tidak seharusnya terjadi karena bisa berdampak kerugian pada
organisasi. Sekarang ini banyak organisasi mengedepankan inovasi sebagai
strategi bersaing perusahaan. Pertanyaanya adalah dari mana sumber inovasi? Sumberdaya
manusia. Keragaman ide inovatif muncul dari berbagai level karyawan, dari yang
paling senior sampain yang paling yunior, dari manajer hingga staff. Fenomena yang
diceritakan diatas menutup aliran ide. Jadi ini tentu menjadi perangkap
kegagalan organisasi. Aktivitas Fokus discusion Group, survey internal kepuasan
karyawan tidak akan lagi dapat memancing ide inovatif kreatif dari semua pihak.sumber gambar 2 :
|
Lalu
bagaimana ini dikelola? Fungsi manajemen menekankan pada peran
individu pemimpin dan perangkat kelengkapan organisasi yakni Departemen
sumberdaya manusia. Peran individu pemimpin strategis sebagaimana pendapat Kim
& Mauborgne (1991) dalam jurnal The
Essence of Strategic Leadership : Managing Human and Social Capital ( Michael
A. Hitt & R. Duane Ireland.,2002) : yakni membangun hubungan yang efektif
dengan cara memastikan keadilan
organisasi ditegakkan dalam pelaksanaan proses, reward dan hubungan yang
terjalin . Dengan kata lain Saat seseorang tidak lagi meyakini bahwa fairness
diterapkan dalam proses interaksi maka Seseorang akan enggan dan tidak lagi
secara sukarela terlibat dalam kegiatan organisasi.
Selamat
membaca..
please leave comment... thanks.. Magister Manajemen UNHAS
No comments:
Post a Comment
Please leave acomment.
I`ll Reply it soon