Saya
menertawakan simay saat ia bercerita tentang kejadian yang menimpa. Padahal itu
hamper membuatnya celaka. Untung simay
baik hati dan paham . Bila tidak kupikir ia akan benar benar sangat
marah,. Marah sekali.
Jadi
ceritanya begini ., seperti biasa hari itu simay memasak untuk santap malam. Setelah
siap, panci diletakan diatas tungku. Nyala
apinya cukup besar dan sebenarnya tidak butuh waktu lama masakannya sudah
matang dan siap disantap. Disaat
bersamaan , televise menyajikan acara yang menarik minatnya. Cukup serius ia
nonton dan kelupaan bahwa ia baru saja menyalakan kompor.
Tiba-tiba
dilayar televise muncul pemandangan lain berupa kobaran api. Itu seperti
bayangan, bukan bagian bagian dari acara televise. Kaget seketika, simay
menoleh dan melihat kobaran api diatas kompor gas. Panic, panic dan panic.,
simay panic bercampur rasa takut.
Kobaran
api telah menjilati dinding. Dengan sikap reflex ia bergegas kedapur mengambil
air dan menyirami api yang tengah menyala hebat. Ternyata diluar dugaannya, api
malah makin besar.
Panic,
panic, panic. Tapi bagusnya bahwa ia tidak kehilangan kesadaran. Terlintas tindakan
pencegahan yang pernah ditontonnya. Ia lalu mengambil beberapa lembar kain,
merendamnya dan lalu menutupi panci yang
apinya masih berkobar.
Selamatlah
simay.. yang tersisa selanjutnya adalah asap mengepul diseluruh ruangan dan
butuh waktu cukup lama sampai asapnya benar-benar hilang.
Hmmm
.. hati-hati dengan api simay. Api kecil jadi sahabat, saat besar bisa jadi
lawan. Hal yang diabaikan bisa jadi lawan.
No comments:
Post a Comment
Please leave acomment.
I`ll Reply it soon