Friday, February 26, 2016

Rasa aman dan apresiasi ; sifat alamiah

Pernah baca cerita yang saya tulis sebelumnya bahwa sifat alamiah yang melekat pada diri seseorang adalah keinginan untuk suatu rasa aman.? Klik yang ini untuk membacanya. Menurutku, Masih ada lagi sifat alamiah yang lain, ingin diapresiasi. Apresiasi mungkin bahasa yang keinggris-ingrisan. Bahasa sederhananya ingin diberi rasa terimakasih.
Keinginan untuk rasa aman telah mendorong seseorang bekerja dengan baik. Harapannya tentu saja agar pekerjaannya aman, tidak diterpa kekhawatiran bahwa manajer tidak akan merekomendasikannya untuk masuk list dipertimbangkan untuk pemecetan.
Lebih jauh , perasaan tersebut telah mendorong seseorang untuk hadir tepat waktu dikantor agar tidak ditegur karena terlambat. Berpakaian sesuai seragam yang telah ditetapkan perusahaan.Rasa aman juga bisa mendorong seseorang untuk tidak berkonfrontasi dengan pihak yang punya lebih kuasa dengannya. Pada beberapa momen, konflik bisa saja muncul, misalnya seseorang memerintahkan mengerjakan hal yang diluar tanggung jawabnya. Merasa bahwa pihak yang memerintahnya adalah lebih kuasa – misalnya saja atasannya, bos nya, maka tanpa disadari keinginan rasa amanlah yang menggerakan mengerjakan perintah itu. Sekalipun hal tersebut menentang sisi logikanya yang lain.
Dalam dunia hewan, keinginan untuk rasa aman mendorong anggota kelompok bahkan saling memangsa dan membunuh. Dengan segenap kekuatannya, mereka akan berduel mati-matian mempertahankan areanya. Mereka paham benar, kehadiran kelompompk lain yang mengancam akan menghilangkan rasa amannya. Saya pikir gambaran seperti ini kadang bisa juga kita dapati pada kehidupan manusia.
Sebaliknya keinginan untuk diapresiasi bisa saja dalam bentuk mengerjakan sesuatu lebih cepat dari deadline. Bila tidak atas alasan ingin diapresiasi maka bisa saja pekerjaan ditunda untuk diselesaikan menunggu deadline. Juga seseorang akan terkunci pada paradigm berpikir bahwa yang hanya perlu saya kerjakan adalah hal yang menjadi pekerjaan utama saja. Tak perlu memusingkan urusan lain. Seorang kekasih berpenampilan cantik salah satu alasannya adalah agar pasangannya memberikan apresisasi atas penampilannya.
Rasa aman dan keinginan untuk diapresiasi menurutku dua sisi mata uang yang tak dipisahkan. Mungkin kita pernah mendengar ucapan.. “payah itu orang, udah ditolong kagak ada rasa terimakasihnya”. Artinya bahwa sekalipun motivasi awalnya adalah keinginan untuk rasa aman, tetap saja akan tiba masanya sesorang menuntut sebuah apresiasi. Atau ada juga ungkapan, “ Sudahlah, tak perlu bersusah-susah mengerjakan yang lain. Tidak ada penghargaan atas semua itu”.
Bagaimana implikasinya dalam kehidupan berorganisasi? Saya pikir kita bisa merujuk pada teori pendekatan mendasar hubungan manajer dan pekerja mengenai cara pengelolaan sumber daya manusia. Penekanan pembedaan keduanya Nampak jelas.. teori X dan Y.

No comments:

Post a Comment

Please leave acomment.
I`ll Reply it soon

Please leave comment. I`ll Reply it soon

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner